FeaturedKomunitas

Catatan Awal Tahun tentang Pegolf Junior

MESKIPUN data valid yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan masih belum ada, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sejak satu dekade terakhir — diakui atau tidak — semakin banyak anak-anak, baik putra maupun  putri, yang tertarik untuk menggeluti olahraga golf.

Setidaknya, setiap kali Media GolfJoy mendapat undangan dari perkumpulan-perkumpulan golf junior untuk meliput event yang mereka selenggarakan, selalu muncul wajah-wajah baru terutama dan khususnya di kelas C dan D. 

Kehadiran mereka adalah bagian dari pembinaan berkelanjutan yang digagas oleh para owner perkumpulan golf junior serta akademi golf yang tumbuh di era milenial. 

Dan, wajah-wajah baru tersebut sekaligus sebagai penerus dari para junior yang sebelumnya berkompetisi di Kelas C dan D yang “naik” ke kelas yang lebih tinggi: yang C “naik” ke Kelas B dan yang D “naik” ke Kelas C untuk menggantikan pendahulu mereka yang “naik” kelas tersebut.

Dan, seperti diketahui bahwa sebagai media khusus golf, owner SJS Group — Joyada Siallagan — pun sangat mensupport kegiatan pegolf junior di Indonesia melalui Ironcard yang diterbitkannya, termasuk discount setiap kali pemilik Ironcard bermain golf di golf course yang menjalin kerjasama dengan SJS Group. 

98% KELAS MENENGAH

Dalam perbincangan bersama Avie K Utomo terkait dengan populasi pegolf junior yang memiliki kecenderungan terus meningkat tersebut, mengungkapkan bahwa sebagai mantan junior hampir 6 dekade silam pihaknya merasa gembira, sebab geliat kegiatan sudah jauh lebih ramai dibanding dengan tahun 60-an.

“Semakin banyak organisasi dan turnamen yang memberikan harapan kepada dunia golf pada masa mendatang,” katanya. 

Namun demikian, lanjut Avie K Utomo, hendaknya pemasalan golf dapat dilakukan dengan membangun basis pemain dari kelas menengah, dan lapangan-lapangan golf yang murah dan dikelola oleh pemerintah Kecamatan atau yang sederajat, sehingga jumlah peserta awal (junior) akan dapat menjadi meluas (massal). 

“Ingat 98% top pemain dunia berasal dari kelas menengah. Sisa 2% dibagi masing-masing pada kelas atas dan kelas bawah! Tentu hal ini hanya dapat terjadi jika para stakeholders bersatu,” katanya. “Dan, sebagai catatan, saat ini Pangkalan TNI – AU telah menyediakan lapangan golf,” tambah Avie K Utomo, menegaskan. 

TEKNOLOGI

Menjawab pertanyaan terkait dengan teknologi informasi yang dapat diakses oleh para pegolf junior di Tanah Air, Avie K Utomo langsung menukas, “Tepat sekali,” katanya, “teknologi informatika sudah meroket khususnya tentang berbagai aspek dari golf, termasuk pengajaran teknik swing dan lain sebagainya.” lanjut Avie K Utomo. 

“Belum lagi kecanggihan peralatan ajar mengajar, setiap tahun terus berkembang. Namun demikian tetap saja esensi golf yaitu Games of Love – Friendship hendaknya dijadikan landasan yang akan membangun karakter seorang pegolf.”

Ditegaskan oleh Avie K Utomo bahwa dalam setiap penyelenggaraan turnamen junior dan amatir yang dipercayakan kepada dirinya, pihaknya selalu menerapkan Codes of Conduct atau Kode Perilaku yang berdasarkan Peraturan Golf dapat memberikan penalti manakala terdapat pelanggaran atas hal-hal yang ditetapkan sebagai aturan baku. 

“Dengan arti kata lain karakter ideal seorang pegolf adalah ramah terhadap sesama manusia, juga ramah lingkungan serta tetap menjaga sopan santun,” paparnya. 

TERMS OF COMPETITION

Lebih jauh Avie K Utomo mengungkapkan bahwa pada setiap turnamen ada dokumen penting yang disebut Terms of Competition (TOC) yang diterbitkan oleh setiap Komite dalam menjaga tata tertib. 

“Salah satu dasar utama adalah bahwa dalam kompetisi stroke play individual terdapat prinsip kemandirian, sehingga peserta dianggap sebagai individu yang independent,” katanya. 

Oleh karena itu, tambah Avie K Utomo, dalam TOC dicantumkan hal-hal terkait dengan kedudukan semua orang.

Antara lain: Jika terjadi perselisihan, Komite Pertandingan hanya melayani peserta (baca pemain) saja. Selain itu, Komite tidak akan melayani hal apa pun di luar Penetapan Rules of Golf. 

Acap kali, lanjut Avie K Utomo, ketentuan tentang caddy pun dimasukkan dalam TOC, yang misalnya melarang orang tua bertindak sebagai caddy adalah, merupakan peraturan tak tertulis bahwa caddy lokal membutuhkan penghasilan atas profesi mereka.

Lagi pula caddy lokal memiliki kelebihan yaitu mengenai seluk beluk lapangan, khususnya putting green, landing area dan lain-lain.

Dan, dalam format individual stroke play, kedudukan coach atau captain tidak diakui. “Coach atau captain hanyalah boleh diadakan pada Format Team seperti Putra Cup, Sirikit Cup, Asean Games dan lain-lain,” kata Avie K Utomo.

DAMPAK POSITIF

Terkait dengan populasi junior yang cukup besar, pasti akan memberikan dampak positif bagi perkembangan dan kesempatan untuk mendapatkan atlet golf, baik amatir maupun pro, yang berkualitas di masa depan dunia golf Indonesia, termasuk didalamnya berlatih untuk bisa berbicara dengan baik di depan umum. Hal ini akan berkaitan erat dengan confidence level pemain, baik di dalam maupun di luar lapangan. 

Hal tersebut disampaikan Uke Widarsa saat menjawab pertanyaan Media GolfJoy tentang populasi pegolf junior di Tanah Air yang terjadi sejak satu dekade terakhir. 

Uke yang mengawali karirnya di dunia golf juga dari junior (seperti halnya Avie K Utomo), sehingga namanya sama-sama dikenal di percaturan golf nasional sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing, ketika Media GolfJoy menyinggung masalah yang berkaitan dengan bea siswa dari lembaga pendidikan di luar negeri yang diberikan kepada pegolf junior kita, Uke mengatakan bahwa untuk program bea siswa atlet (Student Athlete Scholarship Program) yang berkembang saat ini jelas akan memberikan kemudahan si atlet untuk dapat mengembangkan pendidikan akademik yang beriringan dengan peningkatan kemampuan si atlet itu sendiri (kemampuan bermain golf-nya), sehingga di masa dewasanya akan memiliki opsi untuk bisa memilih jalan mana nantinya untuk dijadikan mata pencahariannya di kemudian hari.

“Kalau dia memilih menjadi atlet professional maka dia akan memiliki kemampuan berfikir atau Sport IQ-nya yang lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Sedangkan bilamana dia memilih jalan hidup yang lain pun, dia tidak akan kesulitan. Karena, dia sudah memiliki modal akademis yang bisa digunakan di dunia formal atau umum,” kata Uke.

JANGAN HANYA UNTUK GENGSI

Hal yang sama juga disampaikan Benita Kasiadi — akrab disapa dengan Beni Kasiadi atau BK — dalam obrolan bersama Media GolfJoy. 

Beni Kasiadi dan Uke

“Alhamdullilah, Om, saya senang sekali banyak anak-anak yang menyukai olahraga golf,” ujar BK yang pada Desember 2024 lalu berkolaborasi dengan Double B Ich melebarkan sayap BK Clinic-nya di Medan, Sumatera Utara. 

“Saya pun secara pribadi senang dan bangga karena ada atlet-atlet golf muda yang dapat bea siswa untuk study di luar negeri,” tambahnya. 

Lebih jauh BK mengharap agar adik-adik yang mendapat bea siswa dari luar negeri dapat memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya dan harus disiplin yang tinggi. 

“Ingat,” ujar BK menegaskan, “tujuan study di luar negeri goal-nya apa. Jangan hanya cuma untuk gengsi membanggakan orang tua saja. Tapi juga harus dikonsep dengan benar .. setelah lulus study selanjutnya mau melangkah ke mana?!”

Ketika Media GolfJoy menyinggung mengenai masalah disiplin, BK mengungkapkan bahwa lingkungan tempat di mana adik-adik kita study di luar negeri akan mempengaruhi mereka. 

Dan, di akhir obrolannya bersama Media GolfJoy, BK berpesan: 

“Adik-adik tetap harus menjunjung tinggi asal usul kalian, dan tunjukkan kepada dunia bahwa ada anak dari Indonesia yang bisa bermain di level dunia!”

Tetap Sportive dan Salam Olahraga!

Tulisan dan foto Toto Prawoto

Related posts

TOPGOLF Surabaya Tawarkan Produk Terbaik untuk Maksimalkan Permainan Pegolf

Hasim

Tiger Woods Samai Rekor Lolos Cut di Masters

Hasim

Incredible Golf Tournament Lancar Meski Hujan Deras

Hasim

Leave a Comment

6 − two =