IBARAT sebuah kiasan dan pepatah atau ungkapan yang berbunyi “Patah Tumbuh Hilang Berganti”, keberadaan ladies golfer Indonesia di era millenial seperti sekarang ini memang sangat fenomenal.
Betul bahwa memang belum ada data yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan tentang berapa jumlah mereka yang aktif menekuni olahraga golf sebagai olahraga prestasi sejak dua tiga setengah dekade belakangan ini.
Hal tersebut diakui oleh Alga Topan pelatih tim nasional golf Indonesia dalam suatu kesempatan berbincang-bincang tentang keberadaan pegolf putri di NKRI.
Dan, apa yang dialami Alga Topan jauh berbeda sama sekali dengan apa yang dialami oleh para pendahulunya.
Karena, diakui atau tidak, pada dua tiga dekade lalu, pegolf putri yang tampil mewakili Indonesia dalam event berskala Asia dan atau Asean terkesan hanya yang “itu itu saja” atau “dia lagi dia lagi”.
Tapi, seiring dengan berjalannya waktu yang ditandai dengan terjadinya ” booming” pembangunan lapangan golf di kota-kota besar yang tersebar di seluruh Indonesia — perlahan dan pasti — mulai muncul pegolf putri bertalenta tinggi yang tampil mewakili daerah mereka masing-masing dalam event berskala lokal dan nasional.
Contoh paling aktual sekaligus faktual adalah ketika PON XXI 2024 yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara pada 9 – 20 September 2024 lalu.
Seperti kita ketahui bahwa cabang olahraga golf yang berlangsung di Royal Sumatera Golf – Medan, Sumatera Utara diikuti oleh 86 pegolf yang terdiri dari 60 pegolf putra dan 26 pegolf putri yang sebagian besar di antaranya adalah generasi millenial.
Bahkan dari ke 26 pegolf putri yang tampil bertanding di PON XXI September 2024 lalu hampir sepertiganya adalah wajah-wajah baru yang untuk pertami kalinya tampil dalam pesta olahraga empat tahun sekali tersebut mewakili daerah mereka masing-masing.
Mereka berasal dari 23 Provinsi di NKRI yang tampil mewakili daerah mereka masing-masing untuk bersaing memperebutkan medali emas, perak dan perunggu.
Terlepas dari masalah bahwa selama 7 hari berturut-turut mereka tampil tanpa istirahat, yang jelas fighting spirit mereka banyak mengundang decak kagum para penggemar olahraga golf yang menyaksikan secara langsung penampilan mereka — baik di nomor individu, beregu, foursome maupun mixed foursome.
Terlepas dari masalah tersebut, yang pasti jauh sebelum PON XXI 2024 berlangsung, para pegolf putri tersebut — sangat aktif tampil dalam event yang diselenggarakan oleh Pengprov, Pengkab-Pengkot PGI dan klub-klub golf serta komunitas di bawah payung IJG, PAGI dan PCGC. Juga Kejurnas Golf Amatir yang diselenggarakan PB PGI.
Sehingga, walaupun dalam melakoni Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) tak sampai berbulan-bulan lamanya, namun hasil yang mereka torehkan di kancah persaingan PON XXI September lalu tidak mengecewakan para pembina mereka di daerah mereka masing-masing.
Sesuai dengan namanya yakni “Patah Tumbuh Hilang Berganti”, pada empat tahun mendatang pun ketika NTT dan NTB menjadi tuan rumah bersama PON 2028, hal serupa akan terulang kembali.
Dan, “terulang kembali” bukan berarti “stagnan”. Tapi, justru sebaliknya. Karena, para pegolf putri yang di kancah persaingan PON XXI September 2024 lalu masih berada di tataran usia 15 tahun, pada PON 2028 di NTT – NTB mereka tengah berada dalam top performance mereka.
Hal tersebut bukan sesuatu yang mustahil, karena dari perbincangan Media GolfJoy bersama dengan para pegolf putri yang tampil di kancah persaingan PON XXI September 2024 lalu di Royal Sumatera Golf Club, ada di antara mereka yang berencana akan menanggalkan status mereka sebagai pegolf amatir dan beralih ke pro. Bahkan ada juga di antara mereka yang akan mengikuti Qualifying School di LPGA dan European Ladies Tours.
Kita berharap agar mereka dapat mewujudkan mimpinya menjadi pegolf yang bisa berkompetisi di tingkat internasional dan berhasil mengharumkan nama Indonesia.
—
Sebuah catatan oleh Toto Prawoto & foto oleh Syam
