Foto SlideLeaderboard

Maman Suherman: dari Kenek hingga Teaching Pro


Seperti anak Sawangan pada umumnya, Maman Suherman sejak kecil pun sudah pegang stick golf. Selain itu, Maman, sapaan akrabnya, suka bermain bulutangtkis – bahkan  saat masih duduk di bangku Kelas 5 SD dia sering mengikuti pertandingan antar kampung. “Rumah orangtua saya memang enggak jauh dari fairway Hole 2 dari Sawangan Golf yang sembilan hole,” katanya.

Hampir setiap hari Maman memungut bola out of bound (OB) milik para pegolf yang bermain di Sawangan Golf Course 9 Hole yang terletak di tepi jalan raya Ciputat – Parung. Bola OB tersebut dia kumpulkan. Setelah terkumpul dia jual untuk uang jajan.

“Tapi, ketika fairway hole sembilan yang enggak jauh dari rumah orangtua saya itu dipagar oleh pengelolanya… yaaa udah deh saya enggak punya uang jajan lagi,” ujarnya mengenang sambil tersenyum.

Meskipun begitu Maman tidak patah semangat. Dan, bukan faktor kebetulan pula kalau di lingkungan tempat tinggalnya ada area pemancingan untuk umum sehingga dia bisa jadi kenek orang-orang yang punya hobi memancing. “Alhamdullilah … saya akhirnya dapat uang jajan lagi,” katanya.

Di area pemancingan tersebut ada seorang pria yang selalu minta Maman untuk menjadi keneknya. Pria tersebut bernama Satibi Darwis yang bertitel Drs. Satibi Darwis banyak membantu Maman Suherman sehingga dia punya uang jajan dari hasil sebagai kenek di area pemancingan tersebut.

ANAK ANGKAT

Maman mengungkapkan kalau dia menjadi kenek Drs. Satibi Darwis di area pemancingan tersebut sampai dia lulus Sekolah Dasar. Tapi, waktu duduk di bangku SMP dia kembali lagi ke golf. “Saya jualan bola OB seharga Rp 1.500,- untuk lima buah bola,” kenangnya. Selain berjualan bola, dia juga suka bermain golf dengan stick bekas. “Saya masih ingat punya stick nomor 4 merk Lo’ba yang saya sambung dengan kayu Cemara, dan Wood asli Wilson 120,” tambahnya.

Ketika teman-teman seangkatannya – setelah lulus SMP melanjutkan ke SMA, dan untuk membantu meringankan beban orangtua mereka masing-masing mereka bekerja menjadi caddy – Maman justru melanjutkan sekolah ke STM XIII PGRI Kampung Bali -Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Saya enggak mungkin jadi caddy karena badan saya kecil he he he ..,” katanya.

Menjawab pertanyaan mengenai jarak tempuh Sawangan – Tanah Abang, alamat sekolah di mana dia tercatat sebagai siswa STM XIII PGRI, Maman mengungkapkan bahwa dia menjadi anak angkat Drs. Satibi Darwis yang pada saat menjabat sebagai Wakil Camat Tambora, Jakarta Barat.

Maman mengaku sangat terkejut sekaligus mengucapkan banyak terimakasih kepada Drs. Satibi Darwis yang menjadikan dirinya sebagai anak angkat. “Saking penasarannya, setelah saya tinggal di rumah keluarga pak Satibi Darwis, saya bertanya kepada beliau mengapa saya menjadi anak angkat beliau. Bapak menjawab: ‘Karena kamu rajin shalat dan baik’.”

Menurut Maman, sebagai pejabat di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta pada saat itu, Drs. Satibi Darwis memiliki banyak kesibukan. Demikian juga isterinya yang harus selalu mendampingi suaminya saat bertugas meninjau kegiatan warga di lingkungan RT-RW dan Kelurahan. “Sedangkan anak-anak beliau masih kecil-kecil,” tukas Maman Suherman sambil menambahkan bahwa selain menjaga anak-anak dari keluarga ayah angkatnya tersebut dia juga mengajari mereka mengaji. “Anak-anak dari keluarga pak Satibi sudah saya anggap seperti adik saya sendiri,” tegasnya.

Setelah lulus STM – berkat rekomendasi dari Drs. Satibi Darwis ayah angkatnya – Maman bekerja di Ciputra Group sambil kuliah di Universitas Terbuka Pondok Cabe jurusan Management Perusahaan. “Walaupun padat dengan kegiatan kerja dan kuliah, golf enggak saya tinggalkan sama sekali,” katanya. “Bahkan saya ambil pernah cuti semester dan waktunya cuma saya pergunakan untuk membaca literasi tentang olahraga golf dengan segala aspeknya – juga menonton video tentang golf.”

FULL DI GOLF

Dalam perbincangan bersama GolfJoy, Maman tidak menyebutkan berapa gaji yang diterimanya setiap akhir bulan; Yang jelas, setelah masuk ke kancah persaingan golf professional pada 1998, dia full menggeluti olahraga golf. Dan, berkat latar-belakang pendidikan yang disandangnya, dia pernah ikut andil dalam pembangunan driving range Kebon Jeruk. Namun pada 2005 driving range tersebut tutup.

Selain dikenal sebagai Touring Pro, pria kelahiran 1970 yang tampak awet muda ini juga dikenal sebagai Teaching Pro. “Touring dan Teaching yang saya tekuni berjalan seiring sejalan,” ujarnya. “Tentu banyak suka dukanya,” tambahnya.

Salah satu suka dan duka yang dihadapinya adalah pandangan sang istri terhadap dirinya sebagai seorang pegolf profesional. “Awalnya isteri saya enggak paham. Mindset istri saya adalah orang yang bekerja itu yaaa berangkat pagi pulang sore .. Sementara apa yang saya lakukan sangat jauh dari pandangan istri saya, karena saya bisa berangkat dan pulang kerja setiap saat. Bahkan kalau orang lain libur, saya justru lembur he he he …” kata suami Haeroneh ini sambil tertawa.

Sebagai Teaching sekaligus Head Pro di Melia Driving Range – Cibubur, Jakarta Timur, Maman juga membuka jasa fitting dengan 2 orang karyawan. “Kalau tidak ada client yang datang, mereka berdua saya beri kesempatan untuk berlatih main golf. Bola yang mereka pukul adalah bola jatah saya yang jumlahnya 200 bola. Mereka bebas menggunakan kapan mereka akan berlatih dan gratis,” kata Maman.

Ketika GolfJoy menanyakan proses cara dia mengajar, Teaching Pro yang sering diundang oleh komunitas golf untuk mempresentasikan ilmu yang dikuasainya ini, menyatakan bahwa pihaknya lebih mengutamakan betapa penting makna dari kata ‘perkenalan’ atau ‘introduction’. “Kalau introduction atau perkenalan yang saya paparkan tentang olahraga golf di hadapan para bakal calon murid saya itu mudah dipahami, dan kemudian di dalam prakteknya di lapangan ternyata juga berbanding lurus dengan pemahaman yang mereka peroleh saat introduction atau perkenalan berlangsung, saya jamin para bakal calon murid tersebut tidak akan berpaling ke orang lain,” kata Maman Suherman, yang sejak 2009 hingga saat ini di-endorse K.Link untuk menjadi Tournament Director setiap K.Link Golf Club menyelenggarakan turnamen

Dan, tanpa bermaksud “tidak hormat” kepada rekan-rekan sesama Teaching Pro yang langsung menetapkan tarif kepada siapa saja yang akan belajar bermain golf dengannya, Maman mengungkapkan bahwa apabila yang disampaikannya dalam sesi perkenalan tersebut secara kronologi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor non teknis yakni harus dibayar berapa per-jam-nya tidak perlu ditanyakan lagi kepada para bakal calon murid. “Karena mereka adalah orang-orang yang sangat menghargai keahlian orang lain,” kata Maman Suherman mengakhiri perbincangan sambil mengelak ketika GolfJoy menyinggung tentang berapa tarif per-jam yang harus dibayar para murid kepadanya. “Apa yang saya peroleh rasanya bukan untuk konsumsi publik deh, Mas .. he he he …”

(oleh Toto Prawoto – Foto Dokumentasi Pribadi)

DOWNLOAD E-MAGZ GOLFJOY TERBARU GRATIS!

GolfJoy Cover

Related posts

PCGC Gelar Junior Golf Camp 2021 di Bandung Giri Gahana

Toto Prawoto

Industrial Golf Club Rayakan 30 Tahun di Pondok Indah

Toto Prawoto

Charity Vision-Alisa Optik Gelar Pemeriksaan Mata & Pemberian Kacamata Gratis

Syam

Leave a Comment

10 − nine =