FeaturedKomunitas

Sinergi PB PGI & Daerah Harus Diperkuat untuk Percepat Pembinaan Atlet Indonesia

Meskipun ada pengetatan karena pandemi Covid-19 dan dihapusnya cabang olahraga golf dari PON XX Papua, hal ini tak menyurutkan semangat sejumlah pengprov PGI untuk terus melahirkan dan membina atlet-atlet nasional. Hal ini mengemuka dalam Webinar GolfJoy-Iron Card bertajuk Sinergi PB PGI, Pengprov, Pengkab/Pengkot dalam Percepatan Pembinaan Atlet Golf Indonesia pada Kamis, 12 Agustus 2021.

Narasumber webinar ini meliputi CEO Iron Card Joyada Siallagan, Ketua Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga PB PGI Muslich Ramelan, Ketua PGI Pengprov Sulawesi Tenggara Andi Baso, Wakil Ketua I PGI Pengprov Bali A.A.N Maha Diptha, Wakil Ketua Pengprov DIY Surya Wijaya, Ketua Pembina Junior Pengprov Jawa Timur Christiano Januar (Yayan), dan Ketua Pengprov Jawa Barat Herry Safarry.

Dalam webinar ini setiap narasumber berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan pembinaannya di daerah masing-masing. Mereka juga memberikan masukan tentang strategi yang efektif dalam mempercepat pembinaan para atlet golf, sekaligus menyampaikan kendala yang dihadapi.

CEO Iron Card Joyada Siallagan:

Iron Card dan GolfJoy berkomitmen dan sepakat untuk membantu mempercepat perbaikan golf Indonesia melalui pembinaan. Kami akan berkolaborasi dengan semua stakeholder agar tujuan ini tercapai. Kami di Iron Card juga berkomitmen untuk menggelar turnamen prestasi dan tentunya ini tak akan terlaksana tanpa dukungan PGI, pengprov, pengkab dan pengkot. Kami juga akan menghidupkan kembali turnamen golf liga mahasiswa. Kami berharap masukan dari pengurus pengprov untuk penyelenggaran turnamen prestasi yang berkualitas. Kita tentu berharap turnamen prestasi ini mendapat sanction dari PB PGI, pengprov, pengkab/pengkot dan semua stakeholder olahraga ini demi kemajuan golf Indonesia agar tidak ketinggalan lagi dengan negara-negara tetangga.

Wakil Ketua I PGI Pengprov Bali A.A.N Maha Diptha:

Pengprov PGI Bali memiliki lima infrastruktur yang memadai untuk melahirkan atlet-atlet berprestasi, yaitu 1. organisasi KONI Bali, PGI Pengprov Bali, golf club yang menaungi, dan sponsor, 2.  lapangan golf yang ada di Bali dan sekolah formal para junior, driving range, golf simulator, vendor peralatan golf di Bali, 3. media yang membantu promosi, 4. para junior dan atlet, serta 5. orang tua/wali para junior dan amatir. Sayang sekali PON XX Papua menghapus cabang olahraga golf, padahal atlet kami telah siap untuk bersaing di ajang ini. Kami perlu kejuaraan nasional agar atlet kami dapat terus bersaing dan berprestasi.

Wakil Ketua Pengprov DIY Surya Wijaya:

Jumlah junior golfer kami masih minim. Kami mengalami kendala dalam memperkenalkan golf kepada para junior. Golf masih menjadi image olahraga mahal dan driving range hanya ada satu. Perhatian dari PB PGI juga dirasa masih kurang, karena jika ada atlet kami yang berprestasi mereka kurang mendapat program pelatihan yang lebih baik lagi.

Ketua Pembina Junior Pengprov Jawa Timur Christiano Januar (Yayan):

Kami bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pencarian bibit di Jawa Timur, juga dengan Walikota Surabaya. Kami menjadikan golf sebagai ekstrakurikuler di sekolah sekitar lapangan golf Jatim. Ada 25 unit peralatan golf sebagai awal. Driving range mendukung. Ada lapangan golf jadi bapak asuh bagi atlet berprestasi. Ada lima atlet yang mendapat beasiswa di AS. PGI Jatim menargetkan minimal rekrut 100 junior per tahun untuk dibina menjadi atlet golf. Kami merencanakan mendirikan akademi golf bertaraf internasional di Jatim agar para pro kami memiliki keahlian golf yang berstandar kuat.

Ketua PGI Pengprov Sulawesi Tenggara Andi Baso:

Kami memiliki kekurangan dalam hal lapangan karena kami hanya memiliki satu lapangan golf 9 hole. Kami memiliki lahan banyak sehigga diharapkan ada investor yang mau membangun lapangan golf di Sultra. Kami harap PGI Pusat mengadakan turnamen bertaraf nasional lebih banyak sehingga atlet kami bisa mendapat pengalaman lebih banyak di lapangan-lapangan golf di luar Sultra. Kami menyayangkan tidak adanya golf di PON Papua, padahal ajang ini penting sekali untuk melahirkan atlet-atlet golf nasional yang nantinya bisa bersaing di dunia internasional bahkan Olimpiade.

Ketua Pengprov Jawa Barat Herry Safarry:

Kami melakukan pembinaan bottom-up. Di level paling bawah ada klub-klub golf yang bersinergi dengan pengkot, pengkab. Kami ada sekitar 80-an klub dan 18 pengkab/pengkot yang akan bertambah lagi hingga lebih dari 20. Jika saja tiap 25 persen dari klub-klub yang ada di Jabar ini membina satu atlet, berarti ada 4 atlet yang bisa kita hasilkan. Kami secara reguler mengadakan turnamen di jenjang ini. Jenjang berikutnya adalah pengprov, lalu ke PGI pusat. Dua tahun sebelum PON biasanya kami menggelar porda. Atlet-atlet di tingkat pengkot, pengkab disiapkan untuk ajang ini. Minimal 4 putra, 3 putri. Atlet-atlet terbaik dari klub-klub dan pengkab/pengkot ini menjadi atlet provinsi Jabar. Dari hasil Porda ini kami mengambil 5 putra dan 4 putri serta 1 cadangan untuk menjadi atlet provinsi. Tentunya setelah itu atlet terbaik provinsi menjadi atlet nasional.

Karena golf tidak dipertandingkan di PON, kami mengusulkan agar kita bersama rekan-rekan pengprov menggelar turnamen sendiri: dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Waktu turnamen ini bisa bersamaan dengan PON. Tentunya bila penyelenggaraan turnamen golf ini mendapat izin. Kita tetap menjalankan prokes seperti PON.

Ketua Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga PB PGI Muslich Ramelan:

Kejurnas idealnya dilakukan tiga kali per tahun. Namanya bisa macam-macam. Yang penting seberapa banyak event seperti ini kita bisa bikin. Untuk bulanan kita ada event elite amateur. Para pegolf bisa menjadi atlet nasional melalui kalender itu. Kalender event ini penting. Masih banyak ruang untuk kolaborasi di sini bagi swasta bersama PB PGI. Dari sini golf industry bisa tumbuh. Saya melihat Pak Joyada masuk ke sini sebagai klub untuk business sport. Pak Joy sudah melangkah dengan turnamen Olympic Jabar Amateur Open ke-5. Jika ada 10 orang saja seperti pak Joyada, PGI seharusnya bangga karena pekerjaannya dibantu. Golf makin menarik karena sudah akrab di komunitas bisnis, komunitas profesional, dan sudah banyak dimainkan di kalangan menengah sehingga menjadi social sport.

DOWNLOAD E-MAGZ GOLFJOY TERBARU GRATIS!

GolfJoy Cover

Related posts

Juara British Open Hinako Shibuno Tolak Keanggotaan LPGA Tour Musim Depan?

Tiara

Mikail Jaydra Juarai Prakasa Long Drive Championship 2021

Syam

Winner’s Bag: Webb Simpson

Hasim

Leave a Comment

19 + seventeen =